Rabu, 08 Agustus 2012

Nyanyian sang Vampire






Jegerr..   Petir menggelegar sangat kencang, serasa menerpa rumahku yang terletak di pinggir pantai . Di hari ulang tahunku yang ke 11 ini, aku merasakan ketakutan yang teramat dalam
. Sendiri….  Tanpa di temani orang tua seperti anak anak lainnya .  Menyebalkan . Di malam yang sepi ini, membuatku berharap akan ada yang menemaniku . Layaknya pangeran vampire yang baru saja aku tonton dari tv . Dia jatuh cinta pada seorang gadis, lalu menemani gadis kesepian itu sepanjang malam . Bermain bersama hingga pagi menjelang .

  Selang beberapa menit setelah aku terbangun dari khayalanku, aku melihat ada sesosok bayangan di samping jendela rumahku yang dari tadi terbuka . Bayangan itu menghampiriku, jangan tanya aku takut atau tidak . Tentu Aku lebih takut kesendirian daripada hantu . Aku berdiri menatap bayangan tersebut, ternyata yang ku lihat adalah lelaki tampan dengan jubah hitam, mata biru dan… Taring .
“Selamat ulang tahun..” Kata paman tersebut .
“Paman siapa?” Tanyaku dengan sedikit gemetar .
“Jangan takut.. Nama paman Louis .”
“Paman ke sini untuk apa?”
“Paman ingin memberikan kado untukmu .”
“Kado apa?”
“Bukan berupa barang, tapi aku akan menemanimu di sini .”
“Ahh . Baiklah paman . Paman bisa menyanyikan sebuah lagu??”
“Tentu .”

Akupun tertidur di pangkuan Louis, diiringi lagu yang ia nyanyikan . Aku tidak mengerti apa yang Louis nyanyikan, mungkin ini lagu dari daerah asalnya . Merdu sekali… Aku selalu menghabiskan malam yang indah bersamanya . Hingga aku berumur 14 tahun . Malam itu adalah ulang tahunku . Seperti biasa, aku tertidur di pangkuan Louis dengan lagu yang ia nyanyikan . Malam itu aku bermimpi Louis meninggalkanku di tengah cahaya bulan . Aku meneriakkan namanya, namun apadaya , Louis sudah menghilang di tengah cahaya bulan . Pada saat aku terbangun, aku melihat Louis sudah tidak ada . Aku tidak kaget, karena memang seperti inilah Louis . Pada saat malam ia datang, pada saat pagi ia sudah pergi lagi . Aku sempat berfikir bahwa ia adalah jelmaan hewan malam .

Namun, malam ini aku sudah menunggu Louis seperti biasa . Tapi dia tidak datang, aku berfikir mungkin Louis telat . Sudah berjam jam aku menunggu Louis, dia tidak datang juga . Aku mulai berfikir bahwa mimpiku benar, dan benar sekali…. Pada malam malam berikutnya, aku tidak pernah bertemu Louis lagi .



Louis…. Nama yang indah itu selalu bergema dalam pikiranku . meski sudah 2 tahun berlalu, aku tetap tidak bisa melupakan nama itu . 
“Vikaaaaa…. Ntar ke rumahnya Nindi yuk..” Ajak salah seorang temanku .
“Nggak ahh . Males .”
“Ihh..  Elu bergaul males, nafas males gak lu??”
Beginilah…. Aku selalu malas untuk ke luar rumah kecuali ada hal yang sangat penting . Maka dari itu aku tidak mempunyai banyak teman .

Bel sekolah pun berbunyi . Suaranya yang nyaring seakan menusuk kupingku . Aku segera berlari pulang, namun tidak segera ke rumah . Aku ingin ke sebuah toko,
membeli kado untuk orang yang ku suka . Aku mengambilnya dari tabunganku yang seharusnya belum boleh ku ambil . Aku segera pulang, tapi…
Brrr..  Hujan segera membasahi tubuhku .
“Ahhh.. Hujan lagi . Byurr..  Ahh…”
Baru saja sebuah mobil melaju dengan cepatnya, becekan di jalan segera mengenai tubuhku . Aku segera pulang dengan baju penuh noda dan muka kucel . Malamnya saat di rumah, ini adalah waktuku untuk menyiapkan kado . Aku segera membungkus rapi kado tersebut dengan perasaan berdebar .

usure naide anata yo wazuka na toiki wo kikasete hoshii…
Waktu menunjukkan pukul 10, sambil di temani lagu “Guren” dari The Gazette . Setelah ku ingat ingat, Louis memiliki wajah dan suara yang hampir sama dengan Ruki, vokalis dari The Gazette . Aku selalu mengharapkan kaedatangan Louis, tapi dia tidak pernah datang lagi semenjak aku beranjak remaja . Apakah dia lupa padaku? Atau terjadi sesuatu padanya? Entahlah . Tapi aku selalu mengharapkan kedatangannya . 
Pada saat di sekolah…
“Ren, aku suka sama kamu… Terima kado ini yahh…” Pintaku malu malu .
“Nggah ahh . Mendingan lu jauh jauh dari gw . Muak gw sama lo .” Teriak Ren .



Aku sudah menduga hal ini akan terjadi . Baiklah, ini kesekian kalinya aku di tolak oleh orang yang kusuka . Aku hanya pulang dengan tangan hampa . Jadilah kado itu untukku sendiri . Sebuah kotak musik yang indah, andai saja Ren mau menerimanya . Aku segera menyalakan computer, menulis blog akan di tolaknya aku hari ini . Pada saat menulis, tanpa sadar aku meneteskan air mata . Untuk apa air mata ini? Mengapa aku menangis?? Aku sendiri tidak tahu .

Aku segera membuka folder “mp3” di laptop ku . Mencari lagu yang kira kiranya bisa membuatku tenang . Lalu aku mendengarkan The Gazette – Moon . Yahh… Bulan… Seperti Louis yang datang di tengah cahaya bulan, pergi pun ke arah bulan . Setelah lelah, akupun tertidur . lagi lagi aku meneteskan air mata, namun kali ini aku merasakan sakit yang teramat amat dalam . seperti sakit pada saat malam malam sebelum bertemu Louis . Pada saat tidur, aku mendengar suara merdu yang rasa rasanya tidak asing bagiku . Saat aku membuka mata…
“Louis… Ini Louis?? Kemana saja kamu selama ini?”
“Wah nona.. Anda sudah besar ya?? Manis sekali kamu..”
“Huhh . Mau menggodaku?? Kemana saja kamu?”
“Aku ada suatu tugas rahasia .”
“Ya sudah . Oh iya, sudah bertahun tahun tapi kenapa kamu masih tetap tampan seperti dulu?? Kamu memang bukan manusia yahh?”
“Hussstt… Nanti nona akan tahu sendiri jawabannya .”
“Baiklah paman Louis…” kataku agak jutek .

  Jegerr..  Sepertinya di luar hujan…. Seperti malam pertama saat aku mengenal Louis . 
“Nona Vika… Sepertinya hujan, bagaimana kalau kita berdansa .”
Louis mengajakku berdansa, tanpa basa basi aku segera mengiyakan ajakannya diiringi lagu Bois De Marveilles dari Malice Mizer yang mengalun lewat speaker di komputerku . Louis terlihat tampan dengan balutan tuxedo berwarna putih, tidak dengan jubah hitam seperti dulu . Aku rasa aku makin mencintainya . 
“Nona Vika…. Umur nona berapa??”
“16 tahun . Ada apa??”
“Maaf . Sepertinya aku harus segera pergi .”
“Mau kemana?? Kita baru saja bertemu . Tidak akan ku biarkan kau pergi .”
“Nona Vika, apakah kau masih penasaran dengan jati diriku?”
“Hmm . Sepertinya begitu .”
“Sebenarnya…. Aku adalah seorang vampire .”
“Benarkah?? Bagus kalau ternyata begitu . Aku sudah menduganya . Boleh aku memanggilmu pangeran vampire??”
“Tentu saja . Putri Vika... Dan mau tahu kenapa aku menemuimu ?”
“Ehhh???”
“Karena kau adalah orang terpilih . Aku adalah manusia setengah vampire . Aku harus mengisap darah seorang gadis terpilih saat ia berusia 16 tahun. Agar aku bisa terus hidup .”
“Hmm . Aku sudah berumur 16 . Minumlah darahku . Aku ingin terus bersamamu .”
“Tidak akan . Aku mencintaimu .”
“Lalu, kapan kau akan pergi?”
“Sekarang . Nona maaf, ini pertemuan terakhir kita . Aku harus pergi .”
“Tidak Louis… Jangan pergi.. Aku akan menyerahkan segalanya… Walau aku harus mati sekalipun.. Louis..”



Malam ini aku mengenakan gaun putih, serasi dengan tuxedo Louis kemarin malam . Aku sudah memikirkannya, aku akan menyerahkan darahku untuk Louis . Aku segera meraih cutter yang di hiasi batu safir berwarna biru . Lalu aku meletakkan cutter itu di tanganku dan ku goreskan . Darah menetes dari nadiku, mengalir entah kemana .
“Louis..  Sesuai perkataanku, aku akan menyerahkan darahku untukmu .”
Aku rasa itu adalah perkataan terakhirku sebelum aku menutup mata . Pandangan ku sudah buram, tapi aku merasa melihat Louis dengan tuxedo putih . Louis menggenggam tanganku dan menghisap darah yang tersisa di pergelangan tanganku . Dan sepertinya dia mengatakan sesuatu .
“Dasar bodoh…. Ayolah sini ikut denganku .”
Louis menggendongku, pandanganku masih buram .
“Louis…. Apa aku sudah mati?”
“Hmm . Gak tau yahh .”
“Kau akan membawaku ke mana?”
“Maunya ke mana?? Haha . Kau tidak mati, kau hanya menjadi vampire . Dan sekarang, kau akan ku bawa ke puri ku . 
Tak lama kemudian, aku sampai di purinya . Puri yang indah, di kelilingi oleh rerumputan hijau . Bunga bunga pun bertebaran dengan indahnya . aku tidak tahu sedang bermimpi atau tidak . Kalau ini mimpi, aku berharap tidak akan pernah bangun dari tidurku ini .
“Nona Vika…. Mau berdansa??”
“Ehm . Louis, aku mencintaimu . Walau harus jadi vampire sekalip...”
“Husstt…. Aku sudah tau .”
Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Louis sudah menarik tanganku dan berdansa . Aku pun tenggelam dalam hangatnya pelukan Louis . Dalam hati aku berkata mencintainya . Lalu kami berdansa di tengah cahaya bulan dan alunan music yang indah . 

“Louis…. Pangeranku….”


1 komentar:

  1. Gambarnya gak sesuai. Harusnya lebih muda vampirnya.
    Tapi ceritanya dah bagus kok...
    Lumayan seru, cuma lain kali klimaksnya dibuat lebih dramatis lagi dan akhir ceritanya masih kurang romantis, greget, & kurang buat pembacanya deg deg an...
    Fighting,,,!!

    BalasHapus