Senin, 09 Juli 2012

Hantu di Dalam Selimut







Aku langsung meloncat turun dari ranjang dengan sedikit gugup saat mendengar tangisan dan pukulan-pukulan tangan anakku pada pintu kamar. Saat pintu itu kubuka dia langsung menghambur ke
dalam pelukanku, terlihat sangat ketakutan. Tubuhnya sedikit bergetar dan cengkeraman tangannya pada leherku terasa sangat eratnya.

 “Kenapa, Sayang?” tanyaku sedikit khawatir. Agak lama anakku itu berusaha menguasai dirinya sebelum menjawab:

 “Ada hantu, Ibu. Ada hantu di dalam selimutku.” Lalu dia kembali menjatuhkan kepalanya di bahuku, menyembunyikan wajahnya.

 “Kau pasti mimpi,” kataku sambil menegakkan kepalanya dan menghadapkan wajahnya tepat ke wajahku. Dia bersikeras.

 “Aku tidak mimpi, Ibu. Dia bergerak-gerak di bawah selimut. Aku memang tidak melihatnya, tapi aku menyentuhnya. Rasanya seperti…..” anakku itu menghentikan kata-katanya dan terlihat menggerakkan kedua bahunya dengan ekspresi jijik bercampur takut.

 “Tidak ada hantu, Sayang. Semua hanya ada dalam pikiranmu. Kau pasti terbawa cerita film yang baru kau tonton sore tadi,” kataku lagi sambil mencuri-curi pandang ke arah ranjangku sendiri dengan khawatir.

 Anakku itu diam, tapi aku tahu sebenarnya dia ingin sekali membantahku.

 “Aku tidur dengan Ibu saja,” katanya. Aku tersentak. Sedetik melirik lagi ke arah ranjangku.

 “Hush! Apa kata Ayah jika pulang nanti? Hanya karena mimpi, anak jagoannya tiba-tiba tidak berani tidur sendiri. Memalukan,” kataku mencoba membakar semangatnya. Berhasil memang, wajahnya terlihat malu saat berkata:

 “Tapi Ibu harus menemaniku dulu hingga tertidur.”

 Aku menurutinya dan membimbingnya kembali ke dalam kamarnya. Saat melihat selimutnya sendiri, dia terlihat sedikit ragu. Tapi dengan yakin aku menyuruhnya untuk menarik selimut itu dan memeriksanya. Memang tak ada apa-apa di dalamnya dan itu menambah cerah wajahnya saat kemudian berbaring dan bersiap meneruskan tidurnya

 Aku lalu duduk di sisi pembaringannya sambil menepuk nepuk pahanya dengan lembut. Senandung lirih keluar dari bibirku. Sebuah senandung yang mengingatkanku kepada masa yang lalu, kepada kehidupanku kini, kepada anakku, kepada keluargaku, kepada suamiku yang atas tuntutan pekerjaannya jarang berada di rumah dan kini tengah berlayar menuju Eropa…

 Tidak sampai setengah jam kemudian, anakku itu telah tertidur nyenyak. Segera kumatikan lampu kamarnya dan kembali ke kamarku. Cahaya remang dari pantulan lampu baca yang hanya perkasa menerangi sekitar ranjang langsung menimpa tubuhku hingga bayangan yang jatuh di tembok kamar menciptakan siluet diri yang mengagumkan, membuatku ingin bercermin. Ah, perempuan….di mana ada cermin, berdirilah dia mematut di sana. Tak peduli cantik, jelek atau juling matanya. Bersolek entah untuk suaminya, kekasihnya, untuk dirinya sendiri atau malah tidak untuk apa atau siapa. Hanya sebuah kesenangan kodrati.

 Aku memang cantik, muda, bersemangat dan bergairah besar, tapi sayangnya aku kesepian. Suamiku yang pelaut itu hanya berada di sampingku dan anakku selama enam bulan setiap dua tahunnya. Waktu tanpanya yang lebih banyak, memaksaku mencari kesenangan dengan caraku sendiri. Kesepian memang satu hal yang paling tidak kusenangi dan hanya anakku yang membuatku masih bisa bertahan. Tapi di waktu-waktu seperti ini, pengaruhnya tidak cukup kuat untuk mencegahku.

 Aku memandang ke arah ranjangku sendiri. Selimut itu di sana, membuatku teringat dengan ketakutan anakku tadi. Menggelikan, dia merasa ada hantu dalam selimutnya. Sangat kebetulan karena aku pun demikian. Ada sesuatu juga dalam selimutku. Tapi bukan hantu. Bukan. Sesuatu dalam selimutku ini justru adalah pelipur sepi buatku…

 Perlahan-lahan aku naik ke atas ranjang, langsung menyusup masuk ke dalam selimut dan menarik bagian bawah daster hingga ke perut. Akan kulanjutkan kembali permainanku yang terputus….

 Dengan berdebar tanganku meraih sesuatu yang kusembunyikan saat anakku menyela beberapa saat yang lalu….

 Ibu jariku menekan tombol dan alat itu bergetar….

 Drrrrrrrt! Drrrrrrrrt! Drrrrrrrrt!

 !)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar